Cinta punya 6
komponen kata letto, “harus ada lubang dijiwa”. Hasrat untuk saling mengisi
lubang di jiwa itu. Kemudian harus ada kehadiran fisik, terutama hati dari
pasangan untuk menemani, membantu dan berjalan bersama. Cinta juga butuh komitmen
untuk saling setia dan tidak mengkhianati cinta dan harus melibatkan komponen
ke – 4 akal budi, agar tidak buta dan tidak gila-gilaan, sehingga tetap
mencintai meski sudah ditipu habis-habisan. Komponen ke – 5, cinta harus
membuat keduanya berkembang, terikat tetapi tidak mengkerdilkan. Dan harus
disadari, komponen cinta yang tidak kalah penting adalah paradoks, disadari
sejak awal bahwa benci dan sayang dalam cinta harus hadir bersamaan.
Jadi jangan cuma siap dengan manisnya susu, tetapi juga siap mengecap pahitnya kopi. Terikat tetapi tak boleh mengekang, seperti mengganggam pasir, jika terlalu dipegang erat, pasir akan jatuh satu persatu, tetapi juga jika dipegang dengan santai, ia akan tetap di telapak tangan. Pasir adalah bahan dasar bangunan material, dan cinta adalah bahan dasar bangunan spiritual.
Lalu bungkus ke -6 nya dengan romantisme dan senandungkanlah, seperti yang akan saya lanjutkan dari puisi Jarwo Kwat yang ditulis Khrisna Pabichara:
“Aku ingin membangun rumah dimatamu, dengan kolam ditengahnya, tempat kita melenggang-lenggang diriciknya.
Sungguh aku hanya
memilih rumah rindu, yang padanya luka dan cinta menyatu. Dan tak seperti
perindu yang lainnya, aku tak akan mencarimu, karena kamu sudah kutemukan
dihatiku, tempat yang sarat hanya olehmu”.